ARSITEKTUR YUNANI

 ARSITEKTUR YUNANI


        Arsitektur Yunani Kuno adalah karya arsitektur yang dihasilkan oleh orang berbahasa yunani (orang Helenik) yang budayanya berkembang di daratan Yunani dan Peloponnesos, Kepulauan Agea, serta koloni-koloninya di Anatolia dan Italia sepanjang suatu periode dari ca. 900 SM sampai abad ke-1 M, yang mana karya-karya arsitektural paling awal yang masih terlestarikan berasal dari sekitar tahun 600 SM.


        Arsitektur Yunani Kuno terkenal karena kuil-kuilnya, banyak diantaranya yang ditemukan di seluruh wilayah tersebut, kebanyakan berupa reruntuhan tetapi banyak yang pada dasarnya utuh. Jenis bangunan penting kedua yang bertahan sepanjang dunia Helenik adalah teater ruang terbuka, dengan tarikh tertua sekitar tahun 350 SM. Bentuk-bentuk arsitektural lainnya yang dapat menjadi bukti adalah gerbang prosesional (propylaea), alun-alun publik (agora) yang dikelilingi deretan pilar bertingkat (stoa), gedung dewan kota (bouleuterion), monumen publik, makam monumental (mausoleum), dan stadium.



PROPYLAEA
 Dalam arsitektur Yunani kuno, sebuah propylaea, propylea atau propylaia (/ prɒpɪˈliːə/; Yunani: ) adalah pintu gerbang yang monumental. Contoh prototipikal Yunani adalah propylaea yang berfungsi sebagai pintu masuk ke Acropolis Athena. Gerbang Brandenburg Kebangkitan Yunani di Berlin dan Propylaea di Munich keduanya membangkitkan bagian tengah dari propylaea Athena.



AGORA
Agora (bahasa Yunani: Ἀγορά, Agorá) adalah tempat untuk pertemuan terbuka di negara-kota di Yunani Kuno. Pada sejarah Yunani awal, (900–700 SM), orang merdeka dan pemilik tanah yang berstatus sebagai warga negara berkumpul di Agora untuk bermusyawarah dengan raja atau dewan. Di kemudian hari, Agora juga berfungsi sebagai pasar tempat para pedagang menempatkan barang dagangannya di antara pilar-pilar Agora. Dari fungsi ganda ini, muncullah dua kata dalam bahasa Yunani: αγοράζω, agorázō, "aku berbelanja", dan αγορεύω, agoreýō, "aku berbicara di depan umum". Istilah agorafobia digunakan untuk menunjukkan rasa takut terhadap tempat umum.




STOA
Stoa , jamak Stoae , dalam arsitektur Yunani, barisan tiang berdiri bebas atau jalan tertutup; juga, bangunan terbuka panjang , atapnya ditopang oleh satu atau lebih baris kolom yang sejajar dengan dinding belakang. Stoa dari Attalus di Athena adalah contoh utama. Stoae mengelilingi pasar dan tempat suci serta membentuk tempat bisnis dan kawasan pejalan kaki umum. Ruangan mungkin kembali ke barisan tiang, dan kadang-kadang lantai kedua ditambahkan.




BOULEUTERION
Bouleuterion (Yunani: , bouleutērion), juga diterjemahkan sebagai gedung dewan, gedung pertemuan, dan gedung senat, adalah sebuah bangunan di Yunani kuno yang menampung dewan warga (βουλή, boulē) dari negara kota yang demokratis. Perwakilan ini berkumpul di bouleuterion untuk berunding dan memutuskan tentang urusan publik. Ada beberapa bouleuteria yang masih ada di sekitar Yunani dan bekas koloninya. Jangan bingung dengan Prytaneion, yang menampung dewan eksekutif majelis dan sering berfungsi sebagai aula makan boule.




MAUSOLEUM
Mausoleum merupakan bangunan berdiri bebas eksternal yang dibangun sebagai monumen yang melampirkan ruang interasi atau ruang pemakaman orang atau mendiang. Sebuah Monumen tanpa peringatan adalah cenotaph. Sebuah mausoleum dapat dianggap sebagai sejenis makam, atau makam yang dapat dianggap berada di dalam mausoleum.




STADIUM
Stadium atau stadion adalah sebuah bangunan yang umumnya digunakan untuk menyelenggarakan acara olahraga, di mana di dalamnya terdapat lapangan atau pentas yang dikelilingi tempat berdiri atau duduk bagi penonton. Stadion tertua yang kita kenal adalah sebuah stadion di Olympia, Peloponnesos, Yunani yang telah menyelenggarakan Olimpiade Kuno sejak tahun 776 SM. Stadion umumnya digunakan untuk merujuk kepada bangunan yang menyelenggarakan kegiatan luar ruangan (outdoor), sementara bagi kegiatan dalam ruangan bangunannya disebut gelanggang


       Arsitektur Yunani Kuno dapat dibedakan dari karakteristiknya yang sangat formal, baik struktur maupun dekorasi. Hal ini khususnya terjadi dalam kasus kuil-kuil di mana masing-masing bangunan tampaknya dipahami sebagai suatu entitas pahatan di dalam lanskapnya, kebanyakan dibangun di dataran tinggi sehingga keanggunan proporsinya dan efek cahaya pada permukaannya dapat terlihat dari semua sudut. Nikolaus Pevsner menunjuk pada "bentuk plastis dari kuil [Yunani] tersebut... ada di hadapan kita dengan suatu kehadiran secara fisik yang lebih intens, lebih hidup daripada bangunan apapun di kemudian hari".


     Yunani memiliki tipologi wilayah yang berbukit. Bukit-bukit inilah memisahkan beberapa suku, kemudian suku-suku tersebut membentuk suatu polis dan menjalankan pemerintahan dengan cara demokrasi, seperti Aegea, Athena, Doria, Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Adanya faktor tipologi berbukit ini menjadikan Yunani kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu. Yunani berkembang cukup pesat dalam peradabannya, sudah lama mengenal tulisan dan mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani memilki kepercayaan pagan politheism dengan dewa tertinggi Zeus (dewa Langit), Poseidon (Dewa laut), dan Hades (Dewa dunia bawah).


     Pada awalnya arsitektur Yunani adalah megaron. Megaron adalah rumah tinggal vernakular Yunani yang berbahan dasar dari kayu. Megaron menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Lalu desain megaron menjadi tolak ukur untuk membangun bangunan lainnya seperti tempat pemerintahan, tempat peribadatan, dll. Salah satu contohnya ialah Parthenon (kuil paganism Yunani) yang nantinya dapat menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih digunakan hingga kini. 


    Perkembangan arsitektur di Yunani dimulai dari sejarah peradaban bangsa-bangsa yang mendiami pulau Kreta, Mikena< dan wilayah dataran Yunani, yaitu:

- Bangsa Minos (Minoan) 1600 SM

- Bangsa Mikena ( Mycenaean) 1100 SM

- Bangsa Yunani (Greece) 800 SM


        Ketiga bangsa tersebut memiliki ciri khas antara lain kehidupan yang damai (minoan); masyarakat yanng ahli dalam bangunan, seni, administrasi, perang (Mycenaean); politik bebas dan kesamaan pola budaya (Greece).


 Pada perkembangannya terdapat 3 kebudayaan yang berpengaruh, yaitu :

1. Kebudayaan Creta (1500 – 1100SM) 


        Penduduknya berasal dari Asia Kecil yang berimigrasi ke pulau Kreta dan sekitarnya serta membawa budaya asalnya. Namun pada tahun 1400 SM dikuasai bangsa Mikena dan mencapai masa kejayaan pada tahun 1200 SM.
        Bangunan rumah tinggal menggunakan atap datar yang merupakan typical daerah timur, sedangkan cahaya dimasukkan melalui celah-celah lubang atap. Ruang menggunakan “Cella”, yaitu ruang yang keempat sisinya tertutup (massif dengan satu sisi sebagai bukaan (pintu).
        Pada masa ini orientasi bangunan menghadap dari utara – selatan, dengan fasad bangunan yang simetris dan dinding dalamnya biasanya terdapat lukisan dinding yang disebut FRESKA. 

Bahan bangunan pada masa ini adalah :
- Memakai batu pecah atau batu gamping /gips yang dikeraskan untuk lapisan lantai
- Dinding menggunakan bata yang dikeringkan
- Dan atap menggunakan kayu

 2.  Kebudayaan Cycladic 


    Arsitekturnya hampir sama dengan dengan kebudayaan bangsa Creta, namun pada istana terdapat rumah-rumah kecil yang disebut Megaron.
Megaron, adalah unit rumah tinggal dengan fasilitas :
- Berbentuk cella yagn dilengkapi dengan lobby/vestibulle.
- Entrance dan serambi depan yang mengarah kedalam.
- Thelamus (ruang tidur) yang diletakkan di bagian paling belakang. 

    Pada periode geometris (1100 – 700 SM), bangsa Mikena dikalahkan oleh bangsa Dorian yang disiplin , kesukuan dan berjiwa militan. Pada masa ini muncul dasar – dasr perencanaan dalam arsitektur ;yaitu ORDER, PRODUKSI, KESEIMBANGAN , dan KEBIJAKSANAAN.

    Pada periode Archaic (700 – 500 SM), masyarakat mengenal bahan Stuco (campuran kapur dan marmer bubuk) juga bentuk bangunan 4 persegi panjang dengan dinding tanpa lubang jendela dan dikelilingi oleh kolom – kolom ( PERISTYLE ). Order Doric dan Ionic diperkenalkan melalui kolom- kolom bangunan. Konsep dari struktur yaitu POST dan LINTEL.

3.   Arsitektur Yunani daratan


     Ada dua phase peradaban Yunani Daratan, yaitu Hellenic dan Hellenistik. 

 a)  Phase Hellenic (650 – 323 SM)
     Karakter masyarakatnya sangat menjunjung tinggi kepercayaan dan seni, sehingga kuil menjadi bagian yang terpenting. Pada mulanya kuil mengambil bentuk dasar dari Megaron selanjutnya dikembangkan.

      Konstruksi utama memakai system kolom (tiang) dan balok (gelagar). Bentuk-bentuk dari konstruksi kayu ditiru pada bahan yang lain yaitu marmer “Carpentry in marble” mulai tahun 600 BC. Dinding memakai bata yang dikeringkan atau dengan terakota.

    Penyelesaian eksterior lebih dipentingkan karena masyarakat Yunani berkosentrasi pada elemen yang cocok dengan iklim serta masyarakat pemakainya (masyarakat Yunani senang dengan udara terbuka) terutama Kuil dan Agora.

     Hubungan dengan dewanya terjadi di udara terbuka dengan angin yang berhembus sepoi melalui “Collonade” yaitu barisan tiang yang menopang atap pada serambi memanjang serta “Portico” yaitu barisan tiang penopang atap pada serambi depan (memendek), sebagai ucapan selamat datang dengan permainan bayangan gelap terang oleh tiang (kolom) gaya Doric yang tertimpa sinar matahari.

     Disempurnakannya order Dorie, Ionic, Corinthian. Dan bermunculan bangunan - bangunan baru seperti STOA, Theatre, dan Balai Pertemuan.

b)  Phase Hellenistik (323 – 30 SM)
    Pada tahun 480 BC Persia menghancurkan Yunani, Akropolis kota diatas bukit sebagai kompleks bangunan suci juga ikut hancur. Oleh Perikles pemimpin Yunani, Athena dibangun kembali.

    Pada phase ini banyak dibangun public building (bangunan umum) yang berkembang sangat pesat, bervariasi dan berkesan megah.

    Banyak dibangun “Stoa” yaitu teras memanjang bertiang banyak yang menghubungkan antara bangunan yang satu dengan yang lainnya serta berfungsi sebagai tempat untuk diskusi yang beratap agar terhindar dari hujan dan terik matahari. Stoa merupakan pasangan dari “Agora” yaitu tempat untuk pertemuan umum di luar juga sekaligus sebagai pasar bagi masyarakat Yunani (terutama di Athena).

Ciri – ciri Arsitektur Yunani, yaitu :
1. Simplicity ( Kesederhanaan )
2. NARCICISME yaitu mencintai kesederhanaan pribadi.
3. Clarity ( Kejelasan )

       Bentuk struktur yang sederhana terdiri dari tiang dan balok adaptif (dapat diterapkan dimana saja). Exterior intention (mengutamakan ruang luar). Kegiatan lebih banyak diluar gedung dan terdapatnya order.

Tiga orde Arsitektur Kuil Yunani 

     Orang – orang Yunani mengembangkan 3 sistem arsitektur yang masing – masing dengan proporsi mereka sendiri yang khas dan detil, yaitu:

1. IONIC 

Gaya ionic yang tipis dan lebih elegan. Pada bagian puncaknya dihiasi dengan desain gaya ini ditemukan di Yunani Timur.
    Kolom ionic biasanya berdiri di atas dasar yang memisahkan batang kolom dari stylobate atau platform. Puncak kolom memiliki karakteristik volutes bergulir berpasangan yang diletakkan ditutup di bentuk (echinus) dari kolom, atau mata air didalamnya.

2. DORIC

        Gaya ini terlihat kokoh dengan puncak yang biasa atau tidak berornamen. Gaya ini digunakan di daratan Yunani dan koloni di Itali selatan dan bagian sisilia. Kolom ini berdiri langsung di trotoar datar (stylobate)dari kuil, poros vertikal mereka bergalur pararel dengan alur cekung.

3. KORINTUS
        Gaya ini terlihat lembut, langsing dan rumit. Pada bagian puncaknyadihiasi dengan daun Acanthus. Dalam hal proporsi, kolom ini mirip dengan kolom ionik yang mungkin dibuat lebih ramping, namun berdiri terpisah oleh modal yang khas yang di pahat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MACAM-MACAM CONTOH BANGUNAN DI PALEMBANG DENGAN EKSPRESI BENTUKNYA

ARSITEKTUR BIZANTIUM